Resensi
Judul : Inferno
Penulis : Dan Brown
Penerjemah : Inggrid Djiwani Dumpeno & Berliani M Nugrahani
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : I, September 2013
Tebal : 644 hlm
Novel ini diawali saat Robert Langdon terbangun dari pingsannya di rumah sakit. Ia syok saat mendapati dirinya ada di Florence Italia. Padahal ingatan terakhirnya adalah saat ia berjalan pulang setelah memberi kuliah di Harvard.
Belum sempat Langdon memahami apa yang terjadi, tiba-tiba dokter yang merawatnya ditembak mati di depan matanya dan Langdon menjadi incaran si penembak. Siena Brooks salah satu dokter lain yang merawatnya membantunya melarikan diri. Dalam pelariannya bersama Sienna Brooks Landon menyadari bahwa ia harus berpacu melawan waktu memecahkan teka-teki yang berkelindanan dalam puisi-puisi Inferno Dante Alieghieri sebelum ciptaan genetis yang disembunyikan Zobrist terlepas dan mengancam kehidupan umat manusia.
Bagi pembaca yang menyenangi sejarah, seni, sastra, dan mereka yang peduli akan ancaman populasi dunia tentunya hal ini menjadi sesuatu yang menggairahkan namun bagi mereka yang tidak begitu menyukainya tentunya hal ini akan dianggap sebagai novel thriller 'cerewet' yang mengganggu keasyikan membaca alur kisahnya
Selain mendapat banyak pujian, novel ini juga tak luput dari kritik, ada yang mengkritik bahwa tidak ada yang baru dalam Inferno, Brown masih menggunakan formula yang sama dengan novel-novel terdahulunya. Dalam hal obyek pemecahan kode yang dilakukan Langdon, Brown hanya menganti obyeknya saja dari Leonardo da Vinci dalam Da Vinci Code menjadi Dante Aleghiari dal
Penulis : Dan Brown
Penerjemah : Inggrid Djiwani Dumpeno & Berliani M Nugrahani
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : I, September 2013
Tebal : 644 hlm
Novel ini diawali saat Robert Langdon terbangun dari pingsannya di rumah sakit. Ia syok saat mendapati dirinya ada di Florence Italia. Padahal ingatan terakhirnya adalah saat ia berjalan pulang setelah memberi kuliah di Harvard.
Belum sempat Langdon memahami apa yang terjadi, tiba-tiba dokter yang merawatnya ditembak mati di depan matanya dan Langdon menjadi incaran si penembak. Siena Brooks salah satu dokter lain yang merawatnya membantunya melarikan diri. Dalam pelariannya bersama Sienna Brooks Landon menyadari bahwa ia harus berpacu melawan waktu memecahkan teka-teki yang berkelindanan dalam puisi-puisi Inferno Dante Alieghieri sebelum ciptaan genetis yang disembunyikan Zobrist terlepas dan mengancam kehidupan umat manusia.
Bagi pembaca yang menyenangi sejarah, seni, sastra, dan mereka yang peduli akan ancaman populasi dunia tentunya hal ini menjadi sesuatu yang menggairahkan namun bagi mereka yang tidak begitu menyukainya tentunya hal ini akan dianggap sebagai novel thriller 'cerewet' yang mengganggu keasyikan membaca alur kisahnya
Selain mendapat banyak pujian, novel ini juga tak luput dari kritik, ada yang mengkritik bahwa tidak ada yang baru dalam Inferno, Brown masih menggunakan formula yang sama dengan novel-novel terdahulunya. Dalam hal obyek pemecahan kode yang dilakukan Langdon, Brown hanya menganti obyeknya saja dari Leonardo da Vinci dalam Da Vinci Code menjadi Dante Aleghiari dal
Komentar
Posting Komentar